Kamis, 14 Juni 2012

TEORI KEPRIBADIAN PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

I.    PENDAHULUAN
Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Moravia, sebuah kota kecil di Austria, dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada saat berusia 4 tahun, keluarganya mengalami kemunduran ekonomi, dan ayah Freud membawa pindah Freud sekeluarga ke kota Wina. Di sana Freud menamatkan sekolah hingga lulus menjadi seorang dokter  pada tahun 1881. Penemuan yang mengakibatkan nama Freud menjadi masyhur adalah psikoanalisa. Istilah ini diciptakan oleh Freud sendiri dan muncul untuk pertama kali pada tahun 1896. Sehingga Freud disebut sebagai Bapak Psikoanalisa. Dalam makalah ini, akan sedikit dipaparkan tentang Teori Psikoanalisa Sigmund Freud.

II.    PERMASALAHAN
A.    Struktur Kepribadian dalam Psikoanalisis?
B.    Dinamika Kepribadian?
C.    Perkembangan Kepribadian?
D.    Penerapan Psikoanalisis dalam Psikoterapi?

III.    PEMBAHASAN
A.    Struktur Kepribadian dalam Psikoanalisis
Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga system atau aspek, yaitu:
1.    Das Es / id
Das Es atau dalam bahasa Inggris the id disebut juga oleh Freud sebagai System der Unbewussten. Yaitu aspek biologis dan merupakan system yang original didalam kepribadian, dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (The true psychic reality).Das Es/id merupakan dunia batin atau subjek manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia subyektif. Energi psikis didalam id dapat meningkat karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun dari dalam. Yang menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan, pedoman ini disebut Freud “prinsip kenikmatan” atau “prinsip keenakan” (Lust prinzip, the pleasure principle). Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai kenikmatan id mempunyai dua cara, yaitu:
a.    reflex dan reaksi-reaksi otomatis, contoh bersin, berkedip dan lain sebagainya
b.    proses primer (Primair Vorgang), contoh orang lapar membayangkan makanan
Namun jelas bahwa orang yang lapar tidak akan kenyang dengan membayangkan makanan, karena itu perlu adanya system lain yang menghubungkan pribadi dengab dunia obyektif, yaitu Das Ich.
2.    Das Ich/ego
Dalam bahasa Inggris the ego disebut juga System der Bewussten Vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologi kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Yang membedakan antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin) sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang hanya didalam batin dan sesuatu yang ada diluar.
Di dalam fungsinya ego berpegang pada “Prinsip Kenyataan” atau “Prinsip Kenyataan” (Realitas Prinzip, the Reality Prinsiple) dan beraksi dengan proses sekunder (Sekunder Vorgang Secondary Process). Proses skunder adalah proses berfikir realisris. Dengan menggunakan proses sekunder ego merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya (biasana dengan suatu tindakan) untuk mengetahui apakah rencana ini berhasil atau tidak.
3.    Das Ueber Ich/super ego
Adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Fungsinya adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak dan lain sebaginya, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Super ego berisikan dua hal, yaitu:
a.    conscientia, yaitu menghukum orang dengan memberikan rasa dosa
b.    ich-ideal, yaitu menghadiahi orang dengan rasa bangga akan dirinya.
Dengan terbentuknya super ego ini maka kontrol terhadap tingkah laku yang dulunya dilakukan oleh orang tua menjadi dilakukan oleh pribadi sendiri (anak).
Adapun fungsi pokok super ego dapat dilihat dalam hubungannya dengan ketiga aspek kepribadian yang lain, yaitu:
1)    Merintangi keinginan-keinginan id, terutama keinginan seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
2)    Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas
3)    Mengejar kesempurnaan
Jadi super ego cenderung untuk menentang baik id maupun ego, dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
B.    Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat dterminisme dan positivisme abad XIX dan menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks system energy, yang memperoleh energinya sebagai dari makanan serta mempergunakannya untuk bermacam-macam hal; sirkulasi, pernafasan, gerakan otot-otot, mengamati,mengikat, berpikir, dan sebagainya. Freud berpendapat bahwa energy psikis dapat dipindahkan ke energy fisiologis dan sebaliknya. Jembatan antara energy tubuh dengan  kepribadian ialah das Es atau ego dengan instink-instinknya.
1.    Instink
Ada tiga istilah yang banyak persamaannya, yaitu instink, keinginan (wish) dan kebutuhan (need). Instink adalah sumber perangsang somatic dalam yang dibawa sejak lahir, keinginan adalah perangsang psikologis, sedangkan kebutuhan adalah perangsang jasmani. Suatu instink adalah sejumlah energy psikis, kumpulan dari semua instink-instink merupakan keseluruhan dari pada energy psikis yang digunakan oleh kepribadian. Suatu instink mempunyai empat macam sifat, yaitu;

Ø    Sumber
Yang menjadi sumber insting yaitu kondisi jasmaniah.
Ø    Tujuan
Tujuan instink ialah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidak enakan yang timbul karena adanya tegangan akibat meningkatnya energy dapat ditiadakan.
Ø    Objek
Objek instink yaitu segala aktifitas  yang mengantarai keinginan   terpenuhinya keinginan tersebut.
Ø    Pendorong atau penggerak instink
Pendorong atau penggerak instink adalah kekuatan instink itu yang tergantung pada intensitas kebutuhan.
Sumber dan tujuan instink tetap selama hidup, sedangkan objek serta cara-cara yang dipakai orang untuk memenuhi kebutuhannya selalu berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena energy psikis dapat dipindah-pindahkan. Pemindahan energy dari satu obyek ke obyek yang lain adalah sifat yang sangat penting bagi kepribadian. Salah satu masalah yang banyak dibicarakan oleh para ahli ialah jumlah dan macam-macam instink. Walaupun demikian, Freud menerima bahwa bermacam-macam instink dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu;
a)    Instink-instink hidup
Fungsi instink-instink hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. Bentuk utama dari instink ini ialah instink makan, minum, dan seksual.
b)    Instink-instink mati
Instink mati disebut juga instink merusak (destruktif). Instink-instink ini fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan instink-instink hidup, karena tidak begitu dikenal. Suatu derivative instink-instink mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif yaitu pengrusakan diri yang diubah dengan obyek substitusi. Instink-instink hidup dan instink-instink mati dapat saling bercampur, saling menetralkan.
2.    Disribusi dan penggunaan energy psikis
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena jumlah dan banyaknya energy itu terbatas, maka akan terjadi suatu parsaingan diantara ketiga aspek tersebut. Penggunaan energy di dalam gerakan atau khayalan disebut pemilihan objek secara instinktif. Energy di dalam Ego sangat mudah bergerak dan berpindah, sehingga dapat denga mudah pindah dari satu gerakan ke gerakan yang lain, atau dari khayalan yang satu ke khayalan yang lain. Dalam pada itu, perpindahan energy dari satu system ke system yang lain secara mendadak dan tak terduga-duga adalah soal biasa, terutama sebelum orang berumur 20 tahun. Menurut Freud, psikoanalisis ialah konsepsi dinamis yang mereduksi kehidupan jiwa menjadi saling pengaruh antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.
3.    Kecemasan dan ketakutan
Dinamika social untuk sebagian besar dikuasai oleh keharusan untuk memuaskan kebutuhan dengan cara berhubungan dengan objek-objek di dunia luar. Lingkungan menyediakan makanan bagi orang yang lapar, dan minuman bagi orang yang haus, disamping itu lingkungan juga berisikan daerah-daerah yang berbahaya dan tidak aman. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang penakut. Apabila das ich atau super ego mengontrol soal ini, maka orang lalu menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan.
Freud mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu;
·    Kecemasan realistis
Kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan bahaya-bahaya di dunia luar.
·    Kecemasan neurotis
Yaitu kecemasan kalau-kalau instink-instink tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum.
·    Kecemasan moral adalah kecemasan kata hati
Orang yang Super Egonya berkembang baik cenderung untuk merasa dosa apabila dia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral. Karena dimasa yang lampau orang telah mendapat hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapat hukuman lagi.
Adapun fungsi kecemasan atau ketakutan ialah untuk memperingatkan orang akan datangnya bahaya, sebagai isyarat bagi das ich atau super Ego, bahwa apabila tidak ilakukan tindakan-tindakan yang tepat bahaya itu akan meningkat.
Kecemasan atau ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan yang efektif disebut ketakutan traumatis. Ketakutan yang demikian akan membawa orang kepada ketidak berdayaan yang infantile. Apabila das ich atau super Ego tidak dapat menguasai kecemasan engan jalan dan cara yang rasional, maka dia akan menghadapinya dengan jalan yang tidak relistis.
C.    Perkembangan Kepribadian
Teori psikoanalisa mengenai perkembangan kepribadian berlandaskan dua premis. Pertama, premis bahwa kepribadian individu dibentuk oleh berbagai  jenis pengalaman masa kanak-kanak awal. Kedua, energy seksual (libido) ada sejak lahir, dan kemudian berkembang melalui serangkaian tahapan psikoseksual yang bersumber pada proses-poses naluriah organisme.
Freud menegaskan bahwa pada manusia terdapat empat fase atau tahapan perkembangan psikoseksual yang kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian, dan masing-masing fase berkaitan dengan daerah erogen tertentu. Yang disebut daerah orogen adalah bagian tubuh tertentu yang peka dan bisa mendatangkan kenikmatan seksual apabila dikenai rangsangan.  Daerah-daerah erogen itu adalah mulut atau bibir, alat pembuangan atau dubur dan alat kelamin. Adapun fase-fase perkembangan psikoseksual itu adalah fase oral,fase anal,fase falik, dan fase genital.
1.    Fase Oral
Fase Oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase oral ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau perangsangan atas mulut seperti menghisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.
2.    Fase Anal
Fase anal dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase oral ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur, serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dalam kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran).  Pada fase anal ini pula anak mulai diprkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh oang tuanya melalui toilet training, yakni  latihan menngenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak membuang kotorannya. Menurut Freud, melalui toilet training ini seorang anak mulai belajar mengendalikan diri. Dan dalam kenyataannya menurut Freud kendali-kendali diri yang dimiliki orang dewasa berasal dari fase anal  sebagai hasil dari toilet training ini.
3.    Fase Falik
Fase Falik berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika energy libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase falik ini anak mulai tertarik pada alat kelaminnya sendiri dan mempermainkannya dengan maksud memperoleh kepuasan.  Berakirnya fase falik ini, anak akan memasuki periode latin atau masa tenang.  Pada periode yang berlangsung  sampai masa pubertas ini aktifitas seksual berkurang dan energy libidinal disalurkan kedalam aktifitas-aktifitas non seksual seperti belajar olah raga atau berteman.
4.    Fase Genital
Dengan memasuki masa pubertas yang juga merupaka awal atau diawalinya fase genital, individu mengalami kebangkitan atau peningkatan dalam dorongan seksual dan mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenis. Peningkatan dorongan seksual ini merupakan akibat dari adanya perubahan biokimia dan fisiologis, yakni menjadi matangnya organ-organ reproduksi dan system endokrin mulai menjalankan fungsinya mengeluarkan hormone-hormon yang kemudian menghasilkan ciri-ciri seks sekunder seperti tumbuhnya bulu-bulu pada alat kelamin, tumbuhnya jenggot pada anak laki-laki , dan membesarnya buah dada pada anak perempuan. Pendek kata pada fase genetal naluri seksual menjadi matang dan lengkap. Untuk mencapai karakter genital ini individu haruslah terbebas dari ketidakpuasan dan hambatan pada masa kanak-kanak awal. Sebaliknya, apabila individu memiliki pengalaman traumatik dimasa kanak-kanak awalnya atau mengalami fiksasi libido maka penyesuaian yang memadai selama fase genital akan sulit.
D.    Penerapan Psikoanalisis dalam Psikoterapi
1.    Penggunaan Asosiasi Bebas
Dengan menggunakan asosiasi bebas, pasien diperintahkan untuk santai. Dalam keadaan ini, pasien diminta untuk mengemukakan segala hal yang sedang terlintas didalam pikirannya (bawah sadar) dengan tidak memandang apakah hal tersebut nampak sepele, tidak logis, dan lain sebagainya. Asosiasi bebas bertumpu pada angan-angan bahwa satu asosiasi mengarahkan kepada hal-hal lain yang terdapat jauh di alam tak sadar. Asosiasi yang diucapkan oleh pasien ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar atau berkedok dari pemikiran yang direpres.
Namun, asosiasi pasien tidak semuanya bebas. Freud mengemukakan bahwa pasien biasanya tidak mampu atau enggan untuk mengungkapkan kembali perasaan atau keinginan tertentu. Dengan kata lain, pasien melakukan penolakan atau resistensi. Resistensi diartikan sebagai penahanan konflik tak sadar, serta pasien tidak mau menerima upaya menggali konflik tersebut. Resistensi dapat dilakukan dengan cara sengaja terlambat datang, lupa untuk mendatangi terapi, tidak datang sama sekali.
2.    Analisis Mimpi (Dream Analysis)
Freud memandang mimpi sebagai jalan utama menuju ke alam tak sadar karena dia melihat isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres. Untuk menafsirkan mimpi, orang harus menelusuri proses terbentuknya mimpi tersebut. Dengan teknik penafsiran mimpi yang menyertakan analisis atas makna-makna yang samar dari symbol-simbol mimpi, seorang psikoanalisa yakin bahwa dia bisa memperbesar pemahaman pasien atas penyebab dari gejala-gejala atau konflik-konflik motivasional yang dialaminya.

3.    Analisis Transferensi
Transferensi muncul apabila pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada orang tertentu. Freud yakin bahwa transferensi mencerminkan kebutuhan pasien akan objek cinta dengan maksud agar perasaan cintanya bisa diungkapkan. Transferensi bisa dilihat dari komunikasi verbal atau sikap pasien terhadap orang yang menanganinya. Pasien sepenuhnya tidak menyadari akan pentingnya fungsi transferensi tersebut. Menurut Freud, setelah pasien mengetahui arti sesungguhnya hubungan transferensi tersebut, pasien akan memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman dan perasaan masa lalunya, dan menghubungkan pengalaman dan perasaan tersebut dengan kesulitan yang dialaminya sekarang.
4.    Reedukasi
Reeduksi merupakan suatu upaya mendorong pasien agar memperoleh pemahaman baru atas kehidupan yang dijalanunya, yang dilakukan pada tahap akhir dari terapi. Atau dengan kata lain, reeduksi dilaksanakan dengan maksud membantu pasien agar menemukan cara-cara yang konkret dalam menyusun kembali perasaan dan tingkah lakunya.






E.    KESIMPULAN
Dalam srtuktur kepribadian psikoanalisis terdapat  3 aspek, yaitu :
Ø    Id (Das Es) à aspek biologis
Bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan, menghilangkan ketidaknikmatan dengan cara : refleks dan reaksi2 otomatis (bersin, berkedip) serta proses primer (lapar à membayangkan makanan)
Ø    Ego (Das Ich) à aspek Psikologis
Bekerja berdasarkan prinsip realitas, menghindarkan ketidaknikmatan dengan cara2 yang sesuai dengan kondisi riil, baik kenyataan benda,maupun kenyataan sosial
Ø    Super ego (Das Ueber Ich) à aspek sosial
bekerja dengan prinsip ideal : pantas/tidak pantas; susila/asusila; benar/salah. Manusia bertindak dalam cara yang sesuai dengan moral/norma masyarakat
Sedangkan dinamika kepribadian psikoanalisa Sigmund Freud juga ada 3 hal, yaitu :
1.    Insting/naluri
2.    Distribusi penggunaan energy psikis
3.    Kecemasan dan ketakutan
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa fase, yaitu :
1)    Fase oral (0-1 tahun), yaitu kenikmatan diperoleh dari rangsangan melalui bibir, sebagai contoh menggigit, mengunyah, menelan, memuntahkan.
2)    Fase Anal (1-2/3 tahun), yaitu pusat aktivitas dinamik pada fungsi dubur. Contohnya adalah pembuangan kotoran
3)    Fase Falik (4-5 tahun), yakni suatu fase ketika energy libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin
4)    Fase genital, yaitu individu mengalami kebangkitan atau peningkatan dalam dorongan seksual dan mulai menaruh perhatian terhadap lawan jenis.
    Sedang dalam penerapan psikoanalisa dalam psikoterapi ada 3 cara, yakni :
1.    Penggunaan asosiasi bebas
2.    Analisis mimpi (dream analysis)
3.    Analisis transferensi
4.    Reedukasi
F.    PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Kami sadar makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaatdan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.





DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K,  Memperkenalkan Psikoanalisa,  Jakarta : Gramedia, 1984
Kuswara, E , Teori-teori Kepribadian, Bandung : Eresco, 1991
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008
Sujanto, Agus, dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Aksara Baru, 1980